Pulau Edam - Saksi bisu sejarah perkembangan Jakarta, bukan hanya milik kawasan kota tua di Jakarta, atau pulau Onrust dan pulau-pulau di sekitarnya seperti Pulau Kayangan dan Pulau Kelor. Ada satu pulau yang juga menjadi saksi bisu sejarah DKI Jakarta.
Di Pulau Edam atau yang dikenal dengan Pulau Damar,ada beberapa bangunan bersejarah. Ada yang masih berdiri kokoh, ada juga yang menyisakan puing-puing. Salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh adalan Mercusuar yang dibangun semasa pemerintahan Raja Belanda, Raka Willem III. Bangunan ini selesai dibangun tahun 1879, kurang lebih 130 tahun lalu.
Konstruksi mercusuar di Edam ini terbuat dari plat besi yang dicor hingga setinggi 52 meter, dan untuk sampai ke puncak kita harus menaiki 272 anak tangga. Sebelum menggunakan listrik, sumber energi lampu di Mercusuar ini hanya menggunakan minyak tanah. Saat ini, sudah ada empat genset berkekuatan 1000 watt untuk menghidupkan lampu di Pulau Edam.
Di Pulau Damar atau Edam ini, ada puing empat bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terpencar ke beberapa tempat. Salah satu bangunan tersebut adalah bangunan rumah Dinas Gubernur Jendral VOC, Johannes Champhuis yang dibangun tahun 1685, sekitar 300 tahun yang lalu.
Bangunan kemudian diserahkan ke Joan Van Horn yang menjadi pengganti dan penguasa VOC pada tahun 1691. Enam tahun kemudian tahun tahun 1705, Belanda sempat membangun kincir angin di Pulau Edam ini. Tujuannya untuk keperluan penggergajian kayu dan bengkel pemintalan tali jangkar.
Di Pulau Damar atau Edam ini, ada puing empat bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terpencar ke beberapa tempat. Salah satu bangunan tersebut adalah bangunan rumah Dinas Gubernur Jendral VOC, Johannes Champhuis yang dibangun tahun 1685, sekitar 300 tahun yang lalu.
Bangunan kemudian diserahkan ke Joan Van Horn yang menjadi pengganti dan penguasa VOC pada tahun 1691. Enam tahun kemudian tahun tahun 1705, Belanda sempat membangun kincir angin di Pulau Edam ini. Tujuannya untuk keperluan penggergajian kayu dan bengkel pemintalan tali jangkar.
Sayangnya, Bangunan ini dihancurkan tentara Inggris seratus tahun kemudian, bersamaan dengan penggempuran Pulau Onrust (lihat pulau onrust, saksi bisu sejarah Jakarta). Penjajah jepang juga ternyata memanfaatkan pulau ini sebagai gudang peluru.
Ketika Indonesia merdeka, bangunan gudang peluru ini dimanfaatkan untuk asrama yatim piatu dan anak gelandangan pada tahun 1950. Karena tidak betah, anak - anak itu lari meninggalkan pulau ini dengan menggunakan kayu dan batang pisang. Tahun 1957, Edam kembali dipergunakan untuk menampung orang jompo, tetapi sekali lagi kegiatan inipun berlalu tanpa hasil, dan Pulau Edam kembali menjadi pulau sepi yang menjadi saksi perjalanan waktu.
Di Pulau ini juga ada makam mantan penguasa Banten, Syarifah Fatimah (baca legenda Fatimah). Fatimah bersembunyi di Pulau ini karena rakyat Banten memberontak semasa pemerintahannya. Selain makam Fatimah, ada juga empat makam pengikutnya.
Ketika Indonesia merdeka, bangunan gudang peluru ini dimanfaatkan untuk asrama yatim piatu dan anak gelandangan pada tahun 1950. Karena tidak betah, anak - anak itu lari meninggalkan pulau ini dengan menggunakan kayu dan batang pisang. Tahun 1957, Edam kembali dipergunakan untuk menampung orang jompo, tetapi sekali lagi kegiatan inipun berlalu tanpa hasil, dan Pulau Edam kembali menjadi pulau sepi yang menjadi saksi perjalanan waktu.
Di Pulau ini juga ada makam mantan penguasa Banten, Syarifah Fatimah (baca legenda Fatimah). Fatimah bersembunyi di Pulau ini karena rakyat Banten memberontak semasa pemerintahannya. Selain makam Fatimah, ada juga empat makam pengikutnya.
Posting Komentar